Haji Abd Halim Pardede

Haji Abd Halim Pardede
Rabu, 31 Desember 2008

Pedoman dan Petunjuk yang terlupakan!  

0 komentar



Ada beberapa pesanku kepada anak cucuku :
1- Selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2- Selalu berpegang pada adat/istiadat Batak dalam pergaulan kalian, prinsip Dalihan Natolu tidak boleh kalian abaikan.
3- Semua kalian anak keturunanku tetap rukun, kalau kalian merasa keturunanku, harus somba marhula-hula , elek marboru dan hormat mardongan tubu.
4- Sesama kalian harus tulus dalam memberi dan menerima baik saran/nasihat, maupun materi.
5- Jauhkan segala niat untuk saling merugikan sesama kalian.


Note:
Ini diucapkan oleh Opung haji Abdul Halim Pardede, sewaktu manulangi di Balige.






SAUDARA & SAUDARI LOBE TINGGI PARDEDE

Dari Bapaknya yang bernama Andareas Pardede beliau mempunyai 1 orang Abang yang bernama Johannes Pardede dan satu orang adik perempuan(itonya)bernama siboru Tona br Pardede, Beliau tidak mempunya saudara lain selain kedua yang tertera diatas. Memang kalau diperhatikan tarombo dari Raja PAngutangan hampir boleh dikatakan Lobe tinggi termasuk keluarga kecil, partubu namemet artinya hanya satu-satu, hal ini membuat beliau sangat prihatin. Abangnya Johannes hanya mempunyai satu orang anak bernama Jahim Pardede, tanpa mempunyai boru. Sedangkan Itonya si Boru Tona br PArdede kawin dengan marga Tanpubolon (tapulak)bernama Karim Tampubolon dan mempunyai anak laki-laki 3 orang tetapi yang mempunyai keturunan hanya 2 orang bernama 1- Gunung Tampubolon dan 2- Monang tampubolon, keduanya berdomisili di Makkasar (sulawesi). dan beberapa orang anak perempuan yakni: Tianggur, Bumi, keduanya berdomiidli di Rantau Parapat (labuhan batu), Kartini berdomisili di Jakarta.
( Saya sangat mengharap agar keturunan dari saudara Lobe tinggi tersebut dapat melengkapi keterangan yang saya buat dengan cara menhhubungi e'mail: ThPardede@gmail.com)

Selasa, 23 Desember 2008

HAJI ABDUL HALIM PARDEDE  

3 komentar




lOBE TINGGI PARDEDE adalah nama setelah beliau menjadi seorang muslim. Sebelumnya dia bernama Avinas Pardede. Setelah Bapaknya yang bernama Andareas Pardede dan abangnya yang berna Johanes Pardede meninggal dalam agama Kristen, beliaupun berangkat menuntut ilmu ke Padang Sidempuan selama tiga tahun, dan materi yang ditimbanya selama dalam menuntut ilmu adalah ilmu Tauhid dan beberapa ilmu Fiqih yang menunjang ketauhitan bagi mualap-mualap, dan harus diakui ilmu ketahutin atau dengan kata lain keimanan mereka sangat teruji, Sebesar apapun faktor-faktor menggoda mereka diwilayah yang mayoritas ber agama Keristen, mereka hampir boleh dikatakan tidak terpengaruh, dan sikap mereka terhadap norma-norma tradisi/adat Batakpun tetap dijaga dan dipelihara mereka. Prinsip Dalihan Na Tolu adalah hal yang tidak mengganggu akidah mereka.
Setelah beberapa lama bermukim di Balige dan beliau mengislamkan Ibunya (boru Siahaan/lumban gorat), dan adik perempuannya yang bernama si Boru tona yang kawin dengan marga Tampu bolon, kemudian keluarga isterinya bermarga Hutagaol/mejan.
Sekitar tahun 1916 Penganut agama Islam sudah mencapai 150 rumah tangga di balige dan sekitarnya ( Mejan, SiMarmar. Parsuratan, Hinalang, Tambunan), maka umat Muslim Balige dan sekitarnya merencanakan membangun satu Mesjid untuk tempat mereka beribadah yang kemudian Lobe Leman Tampubolon mengurus izinnya , Alhamdulillah setelah berjuang dengan gigihnya beliau mendapatkan izin mendirikan mesjid tersebut pada tanggal 2 Januari 1918. Sayang beliau tidak sempat terlibat dalam pembangunan pisik, karena pada tanggal 22 maret 1922 beliau meninggal, semoga Allah SWT menerima amal beliau.
Perjuangan beliau dilanjutkan sahabat-sahabatnya dengan membentuk kepanitiaan pembangunan Mesjid yang dinamakan Komite Mesjid Balige pada tahun 1923, dengan susunan kepengurusan sebagai berikut: Haji A. Manap sebagai Presiden, Lobe Tinggi Pardede (Haji Abdul Halim Pardede) sebagai vice Presiden, Haji M.Nawawi Nainggolan sebagai seketaris dan Haji Selamat, Haji Umar sebagai anggota.

Selanjutnya beliau berdakwah didaerah Simalungun tepatnya kota Parapat yang kemudian dia menetap disana, Dengan tekad yang sudah bulat untuk berdakwah beliau menemui Raja Tanah Jawa dan Raja Siantar yang kebetulan beragama Islam, kehadiran beliau diparapat disambut dengan baik, dan bantuan kedua raja tersebut tidak sedikit, dengan berjalan kaki beliau mulai berdakwah disekitar kota parapat hingga keperkampungan dilereng-lereng gunung, girsang mangundolok dan lain-lainnya). Untuk mendukung perjuangannya beliau dengan anak isterinya membuka kedai nasi islamiah dengan harapan orang yang melintas dikota parapat menuju Medan dari Sumatera Barat dan Tapanuli Selatan yang mayoritas beragama Islam dapat singgah untuk makan/istirahat, keberadaan Restauran tersebut sangat mengembirakan pemilik bus-bus yang membuat mereka dapat istirahat setelah melawati perjalanan yang sangat melelahkan. Atas saran pengusaha bis dan para penompang agar ada tempat ibadah yang mudah dijangkau.
Mesjid kota Parapat
Tahun 1929 Lobe Tinggi Pardede, membeli sebidang tabah di sekitar wisma Danau Toba (sekarang) , yang rencana nya untuk pertapakan pembangunan Mesjid, namun rencana beliau mendapat tantangan dari pihak Belanda, hingga beliau sampai 3 (tiga) kali dipanggil dan di interogasi oleh Belanda, yang akhirnya beliau dapat mengyakinkan pihak Belandan yang akhirnya beliau mendirikan sebuah musolah dilahan yang dibelinya tersebut.
Pada tahun 1940 Belanda kembali mengusik dan mencari alasan agar Lobe Tinggi Pardede jangan samapai membangun Mesjid dengan parmanen, karena berdirinya sebuah Mesjid parmanen sangatlah memungkinkan, karena rencana beliau didukung raja Tanah jawa dan Raja Siantar