Haji Abd Halim Pardede

Haji Abd Halim Pardede
Minggu, 12 April 2009

PERTEMUAN TERAKHIR.  

0 komentar

Suatu hari saya sepulang saya dari Pakan baru (Riau), berniat ziarah ke Balige dan ke Parapat, terlebih dahulu saya singgah di Parapat untuk menziarahi makam Opung Haji didepan Mesjid Parapat, setelah itu saya menemui Uda adik Bapakku (H.Pardede), kebetulan didepan rumah saya ketemu dengan inang uda (boru silalahi), saya tanya dimana Bapak uda, Inang uda kaget melihat kedatanganku dan dan langsung membawaku kebelakang menemui Bapak uda, "Kau Toga, tegor uda yang sedang asik bertukang membuat lemari kecil. "Sedang buat apa Uda" Tanyaku,
"Ini buat lemari ito-itomu ini", jawab sembari menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian saya mendengar ceritanya tentang adik dan ito saya (anak-anaknya) , setelah panjang lebar bercerita tentang keadaannya sayapun diajaknya kedepan dan duduk dimeja dekat pintu kedapur, kemudian Bapak uda mengajakku makan bersama kebetulan sudah waktunya makan siang. Kami bertigapun makan kebetulan Inang uda boru lahi memasak Jahir naniarsik. Setelah selesai kami bertiga makan, kamipun lanjutkan berbicara tentang diri kami masing-masing, Sewaktu Uda ngomong saya terus memperhatikan pisiknya, saya lihat tangannya Luka (koreng), kemudian saya tanya mengapa sampai begitu keadaan uda karena sepengetahuan saya uda adalah yang selalu memeperhatikan dirinya penampilan (bersih), karena uda berkulit putih maka luka-luka ditangannya sangat menyolok.
Kemudian saya pun berpamit untuk berangkat ke Balige. "Mungkin si Sally dengan suaminya mau datang" seru uda memberi tahu saya akan kedatangan borunya yang sangat dibanggakannya, "bagai mana kabar boru sinaga?", tanyanya (mamanya si Duma), " baik'' jawabku singkat, kalau pulang kau dari Balige usahakan kau singgah ya, sambung uda lagi, "Ya", jawabku singkat.

Tetapi karena aku pulang malam dari Balige maka aku tidak jadi singgah kerumah uda. dan inilah pertemuan saya terakhir dengan Bapak Uda Harun Pardede alias amani Hottor Pardede, alias am Tupak Pardede alias ompu si Tarida Pardede.(pada awal tahu 1986).
Meninggalnya Uda saya berada di Jakarta, kabar tersebut saya terima dari Namboru Serepiah, sepulang dari Banten, sambil meraung (mangandungi) dia melampiaskan kenangan suka dukanya dengan uda sejak muda mereka. saya berusaha meredakan tangisannya karena malu akan tetangganya. Saya rasa saya sudahi dahulu kisah pertemuan teakhirku dengan Bapa uda H.Pardede.

Selasa, 07 April 2009

Tradisi Mengukuhkan keluarga.  

2 komentar


Setiap tiba Hari Lebaran atau hari Raya Idhul Fitri, semua anak keturunannya berkumpul di rumah Utama yang terletak didepan pintu gerbang masuk kepantai di kota Parapat Danau toba, (Medan Raya). setelah selesai sholat Id, semuanya duduk dibentangan tikar yang telah disiapkan, kemudian acara yang telah ditradisikan pun mulai di acarakan (memintak ma'af kepada orang tua serta saudara tertua), dimulai dengan anaknya laki-laki berturut-turut dan diakhiri dengan anaknya perempuan beserta cucunya. Setelah itu hidangan khaspun (lemang dengan rendangnya serta kue-kue) disajikan, semua anak keturunan beserta Opung bersantap dengan lahapnya di-iringan kegembiraan. Kemudian dilanjutkan dengan acara wejangan dari Opung Haji serta Opung boru Siti Aminah br Hutagaol mereka bergantian berbicara memberi nasehat kepada anak-anaknya. Didalam nasehat mereka menekankan agar selalu bersatu dan saling membantu, dan kadang-kadang opung boru terlebih dahulu menegur keras anaknya kalau ketahuan berbuat salah terutama yang melanggar ajaran Agama dan Adat.

Salah satu Pesan Opung boru (Siti Aminah br Hutagaol) yang tidak terlupakan yakni:" Kalian anak keturanku akan berserak dan hidup (berada) di delapan penjuru mata angin (dipermukaan bumi), apabila kalian bersatu den kompak, karena Saya telah mendapat petunjuk dari Allah SWT , melalui mimpi bahwa kalian dalam mimpiku kalian ku jujung didalam satu wadah (tandok) yang berisi lintah yang kemudian saya letakkan diatas meja, semua lintah bertaburan berserak memenuhi permukaan meja"Opung memulai nasihatnya. Dengan hikmat anak-anaknya memdengar dan meresapi akan semua wejangan-wejangan kedua orang tua mereka dan kemudian Opung boru mengakhiri wejangannya dengan "kalian jangan meninggalkan sembahyang!".
Pada tahun 1960 Opung boru (Siti Aminah br Hutagaol) meninggal, sendi-sendi persatuan dalam keturunannya pun mulai melemah, karena tugas internal (opung boru) , sedangkan opung doli (opung Haji) terlalu berkonsentrasi di eksternal (dalam hal Agama) , meskipun dia mencoba mengurusi internal keluarga namun tidak se-efisien yang dilakukan opung boru dalam pengawasan.

Sepeninggal Opung boru dan Opung Haji disusul anak-anaknya terakhir menantunya A. Hutajulu, semua Cucunya, terutama yang mengenal dan mengalami kehidupan langsung dari kedua opung tersebut, mencoba menata kembali keutuhan keluarga besar dari Lobe tinggi Pardede atau Haji Abdul Halim Pardede.
Jadi saya sangat mengharap bagi setiap keturunan Haji Abdul Halim Pardede menghubungi Saya melalui Blog ini atau e'mail Thpardede@gmail.com.
Dan harapan saya bagi semua keturunan Opung, apabila ada sesuatu yang tidak jelas /atau ingin tahu lebih jauh tentang keluarga besar Haji abdul Halim Pardede dapat menghubungi Saya Sendiri (Toga Halim Pardede), Amani Ana (Mangasa) Situmorang, Amani Fajar (Pamipin) Situmorang, Saya sebagai Cucu tertua dari Haji Abdul Halim Pardede menunjuk ketiga orang ini, bukan berarti Cucunya yang lain tidak mengetahui atau tidak mengalami langsung didikan dari Opun, tetapi tujuan saya untuk informasi yang diberikan lebih akurat dan ter-arah untuk menghindari kesalah pahaman. Kebetulan ketiga orang tersebut diatas berdomisili di Jakarta yang hampir setiap saat selalu betemu dan mendiskusikan keluarga besar kita ini.

catatan: Bagi keturunan , dan juga bagi keluarga yang bersimpatik kepada Keluarga Haji Abdul Halim Pardede, apabila ada dokumen (foto) yang berkaitan dengan keluarga Opung Haji, agar sudi kiranya mengirim kepada kami melalui e'mail Thpardede@gmail.com, beserta keterangan tentang gambar tersebut. Terima kasih- wassalam Th.Pardede.