Tradisi Mengukuhkan keluarga.
2 komentar
Setiap tiba Hari Lebaran atau hari Raya Idhul Fitri, semua anak keturunannya berkumpul di rumah Utama yang terletak didepan pintu gerbang masuk kepantai di kota Parapat Danau toba, (Medan Raya). setelah selesai sholat Id, semuanya duduk dibentangan tikar yang telah disiapkan, kemudian acara yang telah ditradisikan pun mulai di acarakan (memintak ma'af kepada orang tua serta saudara tertua), dimulai dengan anaknya laki-laki berturut-turut dan diakhiri dengan anaknya perempuan beserta cucunya. Setelah itu hidangan khaspun (lemang dengan rendangnya serta kue-kue) disajikan, semua anak keturunan beserta Opung bersantap dengan lahapnya di-iringan kegembiraan. Kemudian dilanjutkan dengan acara wejangan dari Opung Haji serta Opung boru Siti Aminah br Hutagaol mereka bergantian berbicara memberi nasehat kepada anak-anaknya. Didalam nasehat mereka menekankan agar selalu bersatu dan saling membantu, dan kadang-kadang opung boru terlebih dahulu menegur keras anaknya kalau ketahuan berbuat salah terutama yang melanggar ajaran Agama dan Adat.
Salah satu Pesan Opung boru (Siti Aminah br Hutagaol) yang tidak terlupakan yakni:" Kalian anak keturanku akan berserak dan hidup (berada) di delapan penjuru mata angin (dipermukaan bumi), apabila kalian bersatu den kompak, karena Saya telah mendapat petunjuk dari Allah SWT , melalui mimpi bahwa kalian dalam mimpiku kalian ku jujung didalam satu wadah (tandok) yang berisi lintah yang kemudian saya letakkan diatas meja, semua lintah bertaburan berserak memenuhi permukaan meja"Opung memulai nasihatnya. Dengan hikmat anak-anaknya memdengar dan meresapi akan semua wejangan-wejangan kedua orang tua mereka dan kemudian Opung boru mengakhiri wejangannya dengan "kalian jangan meninggalkan sembahyang!".
Pada tahun 1960 Opung boru (Siti Aminah br Hutagaol) meninggal, sendi-sendi persatuan dalam keturunannya pun mulai melemah, karena tugas internal (opung boru) , sedangkan opung doli (opung Haji) terlalu berkonsentrasi di eksternal (dalam hal Agama) , meskipun dia mencoba mengurusi internal keluarga namun tidak se-efisien yang dilakukan opung boru dalam pengawasan.
Sepeninggal Opung boru dan Opung Haji disusul anak-anaknya terakhir menantunya A. Hutajulu, semua Cucunya, terutama yang mengenal dan mengalami kehidupan langsung dari kedua opung tersebut, mencoba menata kembali keutuhan keluarga besar dari Lobe tinggi Pardede atau Haji Abdul Halim Pardede.
Jadi saya sangat mengharap bagi setiap keturunan Haji Abdul Halim Pardede menghubungi Saya melalui Blog ini atau e'mail Thpardede@gmail.com.
Dan harapan saya bagi semua keturunan Opung, apabila ada sesuatu yang tidak jelas /atau ingin tahu lebih jauh tentang keluarga besar Haji abdul Halim Pardede dapat menghubungi Saya Sendiri (Toga Halim Pardede), Amani Ana (Mangasa) Situmorang, Amani Fajar (Pamipin) Situmorang, Saya sebagai Cucu tertua dari Haji Abdul Halim Pardede menunjuk ketiga orang ini, bukan berarti Cucunya yang lain tidak mengetahui atau tidak mengalami langsung didikan dari Opun, tetapi tujuan saya untuk informasi yang diberikan lebih akurat dan ter-arah untuk menghindari kesalah pahaman. Kebetulan ketiga orang tersebut diatas berdomisili di Jakarta yang hampir setiap saat selalu betemu dan mendiskusikan keluarga besar kita ini.
catatan: Bagi keturunan , dan juga bagi keluarga yang bersimpatik kepada Keluarga Haji Abdul Halim Pardede, apabila ada dokumen (foto) yang berkaitan dengan keluarga Opung Haji, agar sudi kiranya mengirim kepada kami melalui e'mail Thpardede@gmail.com, beserta keterangan tentang gambar tersebut. Terima kasih- wassalam Th.Pardede.
7 April 2009 pukul 15.09
semoga sukses dgn blogger nya
8 April 2009 pukul 15.06
Sally, abang sangat bergembira membuka blogmu semoga ini kita pergunakan lebih meng intimkan hubungan kekeluargaan kita, abang memang sengaja mengutus paribanmu si Mangasa (bapa Ana) Situmorang, dan Pipin (bapa sifajar Situmorang) ke Sumatera (Parapat), dalam rangka meninjau keadaan keluarga di sumatera, apa sebenarnya yang terjadi, hal ini saya lakukan setelah kami keturunan Opung yang ada di Jakarta berdiskusi bahwa perlu kita me rekondisi keluarga kita, apalagi setelah namboru Serepiah dan amang boru hutajulu meninggal. Abang sangat mengharap partisipasimu terutama dibidang morel, setelah Mangasa pulang dari Sumatera saya mendapat laporan dari dia, keluarga kita ini perlu pembenahan yang serius dari kita level cucunya, terima kasih salam untuk keluargamu.- Bang Toga Pardede