Haji Abd Halim Pardede

Haji Abd Halim Pardede
Kamis, 03 Januari 2013

Innalillahi wa Innalillahi Rojiiun (3)  

0 komentar

 

Lae Tua berusaha membuat acara lamara hingga pesta perkawinan Dede berjalan sesuai dengan rencana dan harapan saya.
Pada hari yang ditetapkan untuk lamaran, Lae Tua dengan isteri pagi-pagi sudah datang Dan kemudia dengan 4 mobil kami pun berangakt ke rumah pihak perempuan (tunangan Dede) di Bekasi, kami sampai ketempat yang dituju tepat waktu,dan pihak perempuan pun sudah kumpul dengan sanak keluarganya untuk menerima kami lumayan ramai. Tidak berapa lama acarapun dimulai dengan pembawa acara lae Fauzain dengan Tua Doren hingga akhir. Singkat dan padat acara berjalan mulus dan baik dengan suasana kekeluargaan meskipun singkat tetapi tidak mengurangi acara pokoknya, kedua belah pihak merasa puas, berkat kedua pembawa acara yang  mampu menciptakan suasana ceria.

Setelah bercengkrama beberapa saat maka kamipun segera berpamitan untuk pulang sekali gus menuju gedong yangakan dipergunakan acara pernikahan dan pesta perkawinan Dede, tetapi Lae Tua tidak ikut karena kondisinya tidak mengijinkan, Napasnya sudah mulai sesak dan dia kelihatan lemas dan berkeringat, saya yakin dia sebenarnya kesakitan dan mencoba menahan sakit yang dideritanya hanya untuk menyenangkan hatiku, sayapun tidak memaksanya ikut ke gedong dan saya suruh mereka segera kembali kerumahnya dan saya pesankan pada isterinya agar segera dibawa kedokter

Hari berjalan terus seminggu lagi acara pesta Dede akan dilaksanakan saya menelepon Lae Tua dan menanyakan kodisinya, alhamdulillah suaranya cukup cerah suara napasnya yang ngos-ngosan tidak lagi kedengaran maka saya sangat yakin lae tua sudah pulih atau layak diajak ngobrol. karena saya satu hari sebelumnya baru ngobrol dengan lae Natar (andi ambisi) yang kebetulan posisinya saat itu ada di Medan, saya menanyak dimana dia berada, jawabannya saya ada di rumah sakit Adam malik Medan , mendengar itu saya kaget dankembali saya bertanya untuk mengunjungi siapa apa ada saudara yangsakit kataku, tidak katanya cuma melihat orang-orang yang sakit lalu lalang disini saja, kemudia kami ketawa, kemudian kami alihkan pembicaraan tetantang Lae Tua  Natar sangat prihatin akan kondisi abangnya si Tua Doren Situmorang.

Beberapa setelah itu saya menerima telepon dari LAe Bapak Si Fajar (Pamimpin Situmorang),:
"Halo", saya terus mengenal suarapenelepon tetapi saya heran kenapa malam-malam lae ini nelepon saya,pikirku
Lae saya Bapa si Fajar, bagaimana kesehatanmu tanyanya
"Sehat" kataku
Apa LAe sudah dapat kabar tanyanya
Belum kabar apa  Lae tanyaku lagi
"Kabar duka cita, si Tua Doren Meninggal" katanya
Innalillah jawabku spontan tetapi semua persendianku lemas seketika, pembicaraan kami putus sesaat,
"Dimana posisinya sekarang" tanyaku setah aku mampu mengendalikan diriku
Dirumah sakit didaerah kalimalang jawabnya singkat
Setelah aku mengetahui posisi almarhum masih di rumah sakit maka kami bersama anak saya Dede meluncur kerumah sakit terebut.
Kami samapai dirumah sakit bersamaan dengan Bapa si Fajar dengan rombongan dari semper
saya dengan dede ditemui lae Natar sekali gus menuju peristirahatan alamarhum.
bersambung...............................

What next?

You can also bookmark this post using your favorite bookmarking service:

Related Posts by Categories